Pentingnya Unggah-ungguh berbahasa

14.7.08 / oleh AUFA FAMILY /

Saya selalu gemas, melihat acara-acara di TV, yang sudah semakin 'kacau' menempatkan bahasa, terutama menyangkut penyebutan kata ganti : anda, kamu, lu, kita dsb...
Ini ada ulasan sederhana namun mewakili kegalauan saya, oleh guru saya, pengasuh pesantren Tebuireng Jatim, KH. Salahudin Wahid


Perasaan dalam Berbahasa
KAMU adalah kata ganti orang kedua dalam bahasa Indonesia. Lalu Pak Rosihan Anwar mengusulkan untuk menggunakan kata anda sebagai pengganti kata kamu, karena kata kamu terdengar tidak pas digunakan dalam kegiatan sehari-hari terutama didalam tulisan di media.

Sejak itu koran, majalah, dan TV menggunakan kata anda sebagai kata pengganti orang kedua, termasuk untuk iklan. Tetapi ternyata kata anda tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan. Adakalanya kita merasa tidak pas menggunakannya. Atau orang lain yang menilai tidak pas.

Andy Noya dalam mewawancarai HB X menggunakan kata anda. Sebaliknya HB X menggunakan kata Bapak. Kawan segenerasi saya, seorang Jawa, mengatakan bahwa Andy Noya tidak ngerti unggah-ungguh (sopan santun). Di sini kita lihat perbedaan rasa bahasa antara orang Jawa dengan non-Jawa dan generasi tua dengan generasi muda.

Memang masyarakat kita belum bisa (mungkin juga tidak perlu) mengikuti gaya lugas seperti bahasa Inggris yang menggunakan kata you untuk semua lapisan, termasuk untuk Presiden dan orang tua kita. Dulu dalam bahasa Inggris digunakan kata thee, tetapi kini tidak lagi. Bayangkan kalau kita memakai kata anda kalau berbicara dengan orang tua kita atau dengan Presiden. Tentu dianggap tidak sopan.

Bagi orang Jawa yang lebih tua atau yang kita hormati, bisa digunakan kata panjenengan. Bagi orang Sunda, bisa digunakan kata anjeun. Kalau dia orang luar Jawa, bisa digunakan kata bapak atau ibu. Bisa juga dengan kata abang. Kalau dengan kawan akrab, bisa memakai kata elu, kamu, kau anda, atau ente.

Bagaimana sikap kita kalau menghadapi lawan bicara yang lebih muda atau bawahan, yang memakai kata anda terhadap kita? Ada yang merasa tidak dihormati, tetapi ada juga yang merasa tidak jadi masalah. Terhadap orang tua atau merasa terhormat yang peka kalau kita menggunakan kata anda, kita juga harus peka kalau tidak ingin dapat masalah.

Dalam berdoa, saya menggunakan kata panjenengan terhadap Allah dan kata dalem untuk mengganti kata saya. Kata anda dan saya terasa tidak sopan. Sebenarnya untuk kata ganti orang pertama dalam bahasa Indonesia sudah tidak ada masalah. Kata saya sudah diterima dengan baik. Cucu saya memakai namanya atau kata aku untuk dirinya dan memakai kata eyang terhadap saya. Untuk orang ketiga juga ada tingkatan, yaitu kata dia dan beliau.

Bahkan untuk kata kerja dalam bahasa Jawa juga terhadap hirarki, misalnya kata minta dalam bahasa Jawa ada kata njaluk dan nyuwun, yang halus. Jadi penggunaan kata ganti untuk orang pertama dan kedua dalam bahasa Indonesia membutuhkan rasa bahasa yang berdasar kepekaan.

(Tulisan ini diambil dari Harian Pelita, 14 Juni 2008)

kategori :

0 komentar:

Posting Komentar